LENSA HUKUM
YOGYAKARTA
lensahukum.co.id
Sejarah Taman Sari yang Jarang Masyarakat Indonesia Ketahui.
Taman Sari didirikan oleh Sultan Hamengkubuwono I sebagai tanda terima kasih kepada permaisuri atas kesetiaan dan dukungannya selama masa perjuangan melawan VOC.
Pasalnya, Taman Sari Bukan saja hanya sekedar Taman semata atau taman biasa namun, Taman Sari merupakan kompleks peristirahatan, pemandian, dan tempat peribadatan bagi Sultan dan keluarganya.
Adapun Arsitektur yang unik dengan adanya Perpaduan gaya Jawa dan Portugis menghasilkan arsitektur Taman Sari yang unik dan memukau. Bangunan-bangunannya mencerminkan kemegahan dan kejayaan Kesultanan Yogyakarta.
Taman Sari dilengkapi dengan sistem air yang canggih, termasuk saluran air bawah tanah, kolam, dan air mancur. Sistem ini menunjukkan kecanggihan teknologi pada masa itu.
Taman Sari juga memiliki fungsi tersembunyi sebagai benteng pertahanan terakhir jika keraton diserang. Terowongan bawah tanah menghubungkan berbagai bagian kompleks untuk memudahkan evakuasi.Disinyalir Konon, di Taman Sari terdapat Goa Siluman yang dihuni oleh makhluk gaib. Legenda ini menambah daya tarik mistis dan misterius tempat ini.
Setelah Sultan Hamengkubuwono II wafat, Taman Sari mulai terbengkalai dan tidak terawat. Baru pada tahun 1970-an, pemugaran besar-besaran dilakukan untuk mengembalikan kemegahannya.
Taman Sari juga diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995, karena nilai sejarah dan budayanya yang tinggi.
Ketika dibangun sekitar tiga abad yang lalu, arsitektur bangunanannya berbentuk danau dengan pulau yang biasa disebut Pulo Kenanga. Oleh karena itu, di masa lampau ketika Sultan dan keluarga ingin pergi ke taman harus menaiki kano untuk menyeberangi danau.
Pengalaman berkunjung ke Taman Sari dimulai dari membeli tiket masuk seharga lima ribu rupiah. Tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya kita masuk ke taman melalui pintu belakang. Dikisahkan oleh seorang abdi dalem yang sekaligus menjadi guide tour kami, dahulu ketika hendak piknik ke Taman Sari, istri-istri dan putri-putri sultan masuk melalui pintu belakang atau pintu barat yang sekarang menjadi loket tiket. Sedangkan sultan masuk melalui pintu depan atau pintu timur yang langsung terhubung dengan Keraton. Namun setelah dilakukan renovasi pada 2006, pintu timur ditutup agar tidak ada sembarang orang yang masuk ke keraton. Pada pintu barat, terdapat dua patung naga yang saling berhadapan disebut Dwi Naga Rasa Tunggal yang bermakna tahun dibangunnya Taman Sari pada 1758 M.
Ketika akan masuk ke bagian barat Taman Sari, tercium bau dupa, ternyata sesajen berisi rangakaian bunga dan dupa. Dupa ini digunakan sebagai aroma terapi dan simbol keunikan Taman Sari. Ketika Taman Sari masih berfungsi sebagai taman keluarga, setiap malam bulan purnama, sultan selalu duduk di balkon gapura untuk melihat pertunjukan tari putri-putrinya. Saat berada di bagian ini, kita akan menemui pohon buah kepel (Stelechocarpus burahol), mirip dengan buah sawo. Namun, isi buah ini seperti alpukat dengan daging berwarna kuning dan satu biji di dalamnya. Manfaatnya untuk menghilangkan bau badan. Selain itu ada juga pohon jeruk kingkit yang berbentuk bonsai, dulu digunakan sebagai kutek para putri dan istri sultan.
Sebelum lanjut ke bagian tengah Taman Sari, kita akan melihat ukiran barongsai pada gapura tengah. Nama dari barongsai ini adalah kalamakara yang berarti tolak bala. Dilihat dari bagian bagiannya kalamakara mempunyai filosofi yaitu, bentuk wajah yang bermakna adanya kekuatan Dewa Siwa, rambut ukel yang bermakna embrio kehidupan, dan lidah manusia sebagai simbol sensor untuk memproteksi hal-hal buruk.
Adanya Beredar isu di masyarakat percaya atau tidak tentang adanya sayembara melempar bunga yang dilakukan sultan untuk menentukan pasangan di peraduan. Hal ini dibenarkan oleh guide tour kami, Paksi, yang sekaligus menjadi abdi dalem yang sudah tersertifikasi. Dulu, pada masa kejayaan Kerajaan Islam di Mataram, sebelum adanya kesetaraan gender dan pengetahuan monogami, sultan hanya diperbolehkan mempunyai maksimal empat permaisuri dan selir-selir. Maka dari itu, sultan membuat kebijakan sayembara melempar bunga untuk menjaga emosi antar istri-istrinya dan menampik bahwa Sultan mengumbar nafsu.
Kronologinya, ketika sultan menginginkan piknik, istri-istri dan putri-putri sultan datang terlebih dahulu masuk melalui pintu barat. Kemudian istri-istri sultan mandi di Umbul Panguras (kolam khusus untuk istri-istri). Sedangkan putri-putri sultan mandi di Umbul Pamuncar (khusus untuk putri-putri). Sultan masuk melalui pintu timur kemudian memetik bunga kantil yang akan digunakan untuk sayembara melempar bunga. Saat diketahui sultan sudah masuk di area kolam, putri-putri sultan langsung beranjak dari kolam berganti pakaian lalu kembali ke keraton. Kemudian sultan naik ke istana. Dari bangunan berlantai dua inilah sultan melempar bunga kantil ke Umbul Panguras. Siapapun istri sultan yang mendapatkan bunga ini, dialah yang akan menemani sultan saat itu juga. Sedangkan istri-istri lain beranjak dari kolam berganti pakaian dan kembali ke keraton. Selanjutnya, istri sultan yang terpilih dibawa ke private pool atau biasa disebut Umbul Binangun.
Isu lain yang beredar di masyarakat tentang Taman Sari yaitu adanya lorong bawah tanah yang menghubungkan keraton dengan Pantai Selatan. Namun faktanya, lorong bawah tanah ini menghubungkan Taman Sari dengan keraton. Maka dari itu, ujung lorong bawah tanah yang di dalamnya terdapat sumur gumuling ditutup saat renovasi.
Ternyata, pada zaman dahulu orang-orang menyebut danau yang mengelilingi Pulo Kenanga ini “ Segaran ”. Sehingga ketika ada yang ingin pergi ke taman ini orang menyebut ingin pergi ke Segaran. Dikarenakan kebiasaan orang Jawa yang suka menghubung-hubungkan peristiwa, tercetuslah Segaran ini menjadi Segara yang sampai saat ini masih dianggap Laut Selatan.
Terlihat bentuk Taman Sari Dilihat dari arsitekturnya, bangunan ini dibuat 75 % oleh orang Portugis dan 25% oleh orang Mongol. Bukti adanya unsur barat dalam bangunan ini adalah terdapatnya kolam renang yang disebut umbul. Arsitektur barat bisa masuk ke keraton sebagai rasa terimakasih seorang pedagang Portugis yang telah diselamatkan oleh prajurit dan sultan. Karena pedagang ini juga seorang arsitek, maka ia meminta kepada sultan sebidang tanah seluas 15 hektar untuk ia bangunkan sebuah taman sebagai rasa terimakasih. Untuk mengenang jasanya, nama arsitektur diabadikan sebagai nama pantai di Gunungkidul, yaitu Pantai Baron.
Untuk kultur arsitektur Mongol dapat dilihat dari ukiran-ukiran yang ada pada bangunan ini. Hal ini terjadi dikarenakan hubungan baik sultan dengan Kerajaan Mongol yang sudah terjalin sejak lama. Jika kita perhatikan gapura pada pintu timur Taman Sari, terdapat ukiran dua burung merak yang saling berhadapan menghisap bunga. Ukiran ini diberi nama Lajering Sekar Sineseping Peksi yang bermakna tahun selesainya Taman Sari dibangun yaitu pada 1765 M.
Sejak mengalami renovasi pada tahun 2006, kehidupan masyarakat sekitar Taman Sari mengalami peningkatan ekonomi. Jika kita perhatikan, di sekeliling Taman Sari terdapat rumah-rumah yang disebut Rumah Magersari. Disebut demikian karena rumah ini terlihat memagari sekeliling taman. Rumah ini merupakan rumah khusus yang diberikan sultan untuk ditinggali para abdi dalem. Sehingga rumah-rumah ini tidak boleh diperjual belikan. Sampai saat ini, terdapat sekitar 1600 KK yang menempati Rumah Magersari.
Awalnya Taman Sari hanya dibuka sebagai tempat wisata gratis. Namun seiring dengan banyaknya pengunjung yang datang, harga tiket masuk mulai diberlakukan. Dengan pola pikir Kanjeng Gusti Ratu Hemas yang sudah modern, akhirnya Taman Sari juga dibuka untuk sesi foto prewedding dan lokasi syuting.
Bercermin dari gaji abdi dalem yang hanya sekitar sepuluh hingga lima belas ribu per bulan, Ratu Hemas juga mengijinkan abdi dalem untuk membuka usaha sebagai penghasilan tambahan. Dari sekian banyak galeri batik yang dibuka, ada salah satu galeri yang unik. Galeri batik lukis ini dibuka tidak hanya sekadar menjual postcard batik handmade karya anak-anak. Namun, hasil penjualan batik ini digunakan sebagai beasiswa sekolah anak-anak sekitar Taman Sari. Maka dari itu, karya anak-anak ini dijual seharga enam puluh ribu rupiah tanpa negosiasi.
Seperti itulah kisah, fakta, dan kehidupan masyarakat di balik eloknya pesona Taman Sari.
Taman Sari menjadi salah satu tempat wisata paling populer di Yogyakarta. Sobat lensa bisa menjelajahi kompleks taman, mempelajari sejarahnya, dan menikmati keindahan arsitekturnya. Masih banyak misteri yang belum terungkap tentang Taman Sari. Banyak Wisatan mengunjungi Taman Sari dari berbagai pelosok Nusantara indonesia.
( Sam Lubis )