Ketika dibangun sekitar tiga abad yang lalu, arsitektur bangunanannya berbentuk danau dengan pulau yang biasa disebut Pulo Kenanga. Oleh karena itu, di masa lampau ketika Sultan dan keluarga ingin pergi ke taman harus menaiki kano untuk menyeberangi danau.

Pengalaman berkunjung ke Taman Sari dimulai dari membeli tiket masuk seharga lima ribu rupiah. Tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya kita masuk ke taman melalui pintu belakang. Dikisahkan oleh seorang abdi dalem yang sekaligus menjadi guide tour kami, dahulu ketika hendak piknik ke Taman Sari, istri-istri dan putri-putri sultan masuk melalui pintu belakang atau pintu barat yang sekarang menjadi loket tiket. Sedangkan sultan masuk melalui pintu depan atau pintu timur yang langsung terhubung dengan Keraton. Namun setelah dilakukan renovasi pada 2006, pintu timur ditutup agar tidak ada sembarang orang yang masuk ke keraton. Pada pintu barat, terdapat dua patung naga yang saling berhadapan disebut Dwi Naga Rasa Tunggal yang bermakna tahun dibangunnya Taman Sari pada 1758 M.

LensaHukum.co.id - Screenshot 20250206 083251 Google - Taman Sari Bukti Kejayaan Kesultanan Yogyakarta Salah Satu ikon Wisata IndonesiaKetika akan masuk ke bagian barat Taman Sari, tercium bau dupa, ternyata sesajen berisi rangakaian bunga dan dupa. Dupa ini digunakan sebagai aroma terapi dan simbol keunikan Taman Sari. Ketika Taman Sari masih berfungsi sebagai taman keluarga, setiap malam bulan purnama, sultan selalu duduk di balkon gapura untuk melihat pertunjukan tari putri-putrinya. Saat berada di bagian ini, kita akan menemui pohon buah kepel (Stelechocarpus burahol), mirip dengan buah sawo. Namun, isi buah ini seperti alpukat dengan daging berwarna kuning dan satu biji di dalamnya. Manfaatnya untuk menghilangkan bau badan. Selain itu ada juga pohon jeruk kingkit yang berbentuk bonsai, dulu digunakan sebagai kutek para putri dan istri sultan.

Sebelum lanjut ke bagian tengah Taman Sari, kita akan melihat ukiran barongsai pada gapura tengah. Nama dari barongsai ini adalah kalamakara yang berarti tolak bala. Dilihat dari bagian bagiannya kalamakara mempunyai filosofi yaitu, bentuk wajah yang bermakna adanya kekuatan Dewa Siwa, rambut ukel yang bermakna embrio kehidupan, dan lidah manusia sebagai simbol sensor untuk memproteksi hal-hal buruk.

Adanya Beredar isu di masyarakat percaya atau tidak tentang adanya sayembara melempar bunga yang dilakukan sultan untuk menentukan pasangan di peraduan. Hal ini dibenarkan oleh guide tour kami, Paksi, yang sekaligus menjadi abdi dalem yang sudah tersertifikasi. Dulu, pada masa kejayaan Kerajaan Islam di Mataram, sebelum adanya kesetaraan gender dan pengetahuan monogami, sultan hanya diperbolehkan mempunyai maksimal empat permaisuri dan selir-selir. Maka dari itu, sultan membuat kebijakan sayembara melempar bunga untuk menjaga emosi antar istri-istrinya dan menampik bahwa Sultan mengumbar nafsu.

Kronologinya, ketika sultan menginginkan piknik, istri-istri dan putri-putri sultan datang terlebih dahulu masuk melalui pintu barat. Kemudian istri-istri sultan mandi di Umbul Panguras (kolam khusus untuk istri-istri). Sedangkan putri-putri sultan mandi di Umbul Pamuncar (khusus untuk putri-putri). Sultan masuk melalui pintu timur kemudian memetik bunga kantil yang akan digunakan untuk sayembara melempar bunga. Saat diketahui sultan sudah masuk di area kolam, putri-putri sultan langsung beranjak dari kolam berganti pakaian lalu kembali ke keraton. Kemudian sultan naik ke istana. Dari bangunan berlantai dua inilah sultan melempar bunga kantil ke Umbul Panguras. Siapapun istri sultan yang mendapatkan bunga ini, dialah yang akan menemani sultan saat itu juga. Sedangkan istri-istri lain beranjak dari kolam berganti pakaian dan kembali ke keraton. Selanjutnya, istri sultan yang terpilih dibawa ke private pool atau biasa disebut Umbul Binangun.

Isu lain yang beredar di masyarakat tentang Taman Sari yaitu adanya lorong bawah tanah yang menghubungkan keraton dengan Pantai Selatan. Namun faktanya, lorong bawah tanah ini menghubungkan Taman Sari dengan keraton. Maka dari itu, ujung lorong bawah tanah yang di dalamnya terdapat sumur gumuling ditutup saat renovasi.

Ternyata, pada zaman dahulu orang-orang menyebut danau yang mengelilingi Pulo Kenanga ini “ Segaran ”. Sehingga ketika ada yang ingin pergi ke taman ini orang menyebut ingin pergi ke Segaran. Dikarenakan kebiasaan orang Jawa yang suka menghubung-hubungkan peristiwa, tercetuslah Segaran ini menjadi Segara yang sampai saat ini masih dianggap Laut Selatan.

Terlihat bentuk Taman Sari Dilihat dari arsitekturnya, bangunan ini dibuat 75 % oleh orang Portugis dan 25% oleh orang Mongol. Bukti adanya unsur barat dalam bangunan ini adalah terdapatnya kolam renang yang disebut umbul. Arsitektur barat bisa masuk ke keraton sebagai rasa terimakasih seorang pedagang Portugis yang telah diselamatkan oleh prajurit dan sultan. Karena pedagang ini juga seorang arsitek, maka ia meminta kepada sultan sebidang tanah seluas 15 hektar untuk ia bangunkan sebuah taman sebagai rasa terimakasih. Untuk mengenang jasanya, nama arsitektur diabadikan sebagai nama pantai di Gunungkidul, yaitu Pantai Baron.

Untuk kultur arsitektur Mongol dapat dilihat dari ukiran-ukiran yang ada pada bangunan ini. Hal ini terjadi dikarenakan hubungan baik sultan dengan Kerajaan Mongol yang sudah terjalin sejak lama. Jika kita perhatikan gapura pada pintu timur Taman Sari, terdapat ukiran dua burung merak yang saling berhadapan menghisap bunga. Ukiran ini diberi nama Lajering Sekar Sineseping Peksi yang bermakna tahun selesainya Taman Sari dibangun yaitu pada 1765 M.

LensaHukum.co.id - Screenshot 20250206 083730 Google - Taman Sari Bukti Kejayaan Kesultanan Yogyakarta Salah Satu ikon Wisata IndonesiaSejak mengalami renovasi pada tahun 2006, kehidupan masyarakat sekitar Taman Sari mengalami peningkatan ekonomi. Jika kita perhatikan, di sekeliling Taman Sari terdapat rumah-rumah yang disebut Rumah Magersari. Disebut demikian karena rumah ini terlihat memagari sekeliling taman. Rumah ini merupakan rumah khusus yang diberikan sultan untuk ditinggali para abdi dalem. Sehingga rumah-rumah ini tidak boleh diperjual belikan. Sampai saat ini, terdapat sekitar 1600 KK yang menempati Rumah Magersari.